|  | 
| Ilustrasi (Image: Shutterstock) | 
Ponsel Canggih Bisa Deteksi Kanker | Para peneliti yang berbasis di Amerika Serikat tengah mengembangkan suatu teknologi ponsel pintar yang dapat mendeteksi sel kanker. Tingkat akurasi sistem berbasis ponsel ini sudah hampir mencapai 100 persen dalam mendeteksi perbedaan tumor jinak dan ganas.
Laporan dalam Science Translational Medicine  menunjukkan hasil diagnosis 100 persen akurat saat meneliti 20 pasien  lain yang diperiksa. Sebagai perbandingan, tes patologi standar pada  sampel serupa hanya mencapai tingkat akurasi antara 74 sampai 84 persen.
Ponsel  tersebut bisa mengubah perawatan kanker serta mempermudah dokter  melacak penyakitnya, sekaligus mengukur tingkat pengobatan yang akan  diberikan kepada pasien untuk melawan penyakit degeneratif itu.
Perangkat  yang dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston, Amerika  Serikat ini terdiri dari perangkat kecil, yang melalui ponsel pintar  akan mendeteksi benjolan yang sering dikhawatirkan sebagai kanker.  Perangkat ini terhubung ke mesin MRI yang berukuran mini pula.
Ralph Weissleder lah ilmuwan asal Massachusetts General Hospital, mengembangkan mesin yang disebut nuclear magnetic resonance (NMR), yang memungkinkan mengidentifikasi senyawa kimia dengan mengetahui reaksi mereka di medan magnet.
Peneliti  lalu mengambil sampel sel dari benjolan mencurigakan yang terdapat di  tubuh pasien, cukup dengan jarum tipis. Lalu magnet pada mesin genggam  MRI itu merangsang molekul di dalam sampel sel. Semakin banyak  molekul-molekul bergetar, ada kemungkinan itu sel-sel kanker. Dalam  jangka satu jam saja dapat diketahui apakah benjolan mencurigakan di  tubuh pasien merupakan kanker yang berbahaya atau jinak.
Tes  kanker konvensional dilakukan oleh ahli ontologi. Langkahnya adalah  dengan mengambil beberapa sel dari benjolan menggunakan jarum besar  untuk kemudian dianalisis di laboratorium. Biasanya tes laboratorium  semacam ini tidak memberikan kepastian dan tidak cukup efektif karena  makan waktu berhari-hari. 
Sumber: National Geographic Indonesia
Sumber: National Geographic Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar