Thinkstock |
Menulis status atau mengomentari status teman di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter serta Foursquare memang mengasyikkan. Tapi tahukah Anda, 'salah' mem-posting status bisa berbahaya bagi karir Anda?
Dikutip dari Daily Mail, seorang karyawan di Inggris, sebut saja Stephani, dipecat staf HRD di kantornya karena mengomentari penghasilan atasannya.
"CEO baru kami dapat 4.000 Poundsterling per jam. Saya 7. Cukup adil," tulis Stephani.
Selain Stephani, masih banyak kasus pemecatan yang terjadi akibat postingan statusnya di situs jejaring sosial. Era berkembangnya blog, micro-blogging dan jejaring sosial, sedikit banyak mengaburkan batasan antara kehidupan profesional dengan pribadi.
Sekarang ini, staf HRD atau bos cenderung menilai perilaku karyawannya tidak hanya di dalam, tapi juga luar kantor. Karena itu, sangat penting memperhatikan etika bersosialisasi di dunia maya.
1. Status yang Santun
Tanggapi persoalan atau isu di sekitar Anda dengan bijak. Jangan menulis status yang mencaci atau menghina dengan kasar. Apalagi sampai menyangkut masalah SARA. Secara tidak sadar, Anda telah membuka kejelekan sendiri di depan teman-teman, dan mungkin termasuk atasan Anda.
"Zaman sekarang, penggunaan Facebook-Twitter sangat tinggi di antara kelas pekerja. Ada beberapa perusahaan yang sengaja mengecek perilaku karyawannya lewat situs ini. Bahkan ada yang sampai menyewa agensi khusus," jelas Shishir Dave, konsultan HRD, seperti dikutip dari iDiva.
2. Jangan Curhat Masalah Kantor di Facebook
Tidak jarang kita temui status teman yang mengeluh soal pekerjaannya di Facebook atau Twitter. Misalnya, "Tangan saya cuma dua, tapi kerjaan banyak banget!" Atau "Kalau tugas banyak begini, kapan bisa istirahat?"
Hati-hatilah mem-posting status yang berhubungan dengan masalah pekerjaan. Mungkin atasan atau staf HRD tidak 'berteman' di Facebook atau mem-follow Twitter Anda. Tapi kemungkinan ada teman yang melaporkannya bisa saja terjadi. Status-status negatif bisa digunakan teman yang mungkin kurang suka pada Anda untuk menghancurkan karir Anda.
Kasus pemecatan Stephani yang telah dibahas di atas, terjadi karena temannya memperlihatkan postingan statusnya ke HRD. Ingat, era digital yang semakin canggih memudahkan orang membobol account Anda.
3. Pikir Dulu Sebelum Upload
Sebelum upload foto-foto di jejaring sosial, tanyakan dulu pada diri sendiri, "Apakah saya yakin ingin foto ini dilihat rekan kerja?"
Sebaiknya jangan memuat foto-foto yang bersifat sangat pribadi. Misalnya, mengumbar kemesraan bersama kekasih atau berpose yang tidak pantas. Hal ini bisa berakibat buruk pada imej Anda di kantor.
4. Update Status Terlalu Sering Saat Jam Kantor
Setiap 15 menit sekali, timeline dan homepage teman-teman Anda hanya dipenuhi status-status Anda yang tidak penting. Selain mengganggu teman, juga citra diri Anda di kantor.
Sebaiknya jangan terlalu cepat mengubah status dari menit ke menit, terutama saat jam kerja. Perilaku ini akan membuat atasan atau rekan kerja menilai kinerja Anda kurang baik, karena yang Anda lakukan hanya update status di jejaring sosial.
Dikutip dari Daily Mail, seorang karyawan di Inggris, sebut saja Stephani, dipecat staf HRD di kantornya karena mengomentari penghasilan atasannya.
"CEO baru kami dapat 4.000 Poundsterling per jam. Saya 7. Cukup adil," tulis Stephani.
Selain Stephani, masih banyak kasus pemecatan yang terjadi akibat postingan statusnya di situs jejaring sosial. Era berkembangnya blog, micro-blogging dan jejaring sosial, sedikit banyak mengaburkan batasan antara kehidupan profesional dengan pribadi.
Sekarang ini, staf HRD atau bos cenderung menilai perilaku karyawannya tidak hanya di dalam, tapi juga luar kantor. Karena itu, sangat penting memperhatikan etika bersosialisasi di dunia maya.
1. Status yang Santun
Tanggapi persoalan atau isu di sekitar Anda dengan bijak. Jangan menulis status yang mencaci atau menghina dengan kasar. Apalagi sampai menyangkut masalah SARA. Secara tidak sadar, Anda telah membuka kejelekan sendiri di depan teman-teman, dan mungkin termasuk atasan Anda.
"Zaman sekarang, penggunaan Facebook-Twitter sangat tinggi di antara kelas pekerja. Ada beberapa perusahaan yang sengaja mengecek perilaku karyawannya lewat situs ini. Bahkan ada yang sampai menyewa agensi khusus," jelas Shishir Dave, konsultan HRD, seperti dikutip dari iDiva.
2. Jangan Curhat Masalah Kantor di Facebook
Tidak jarang kita temui status teman yang mengeluh soal pekerjaannya di Facebook atau Twitter. Misalnya, "Tangan saya cuma dua, tapi kerjaan banyak banget!" Atau "Kalau tugas banyak begini, kapan bisa istirahat?"
Hati-hatilah mem-posting status yang berhubungan dengan masalah pekerjaan. Mungkin atasan atau staf HRD tidak 'berteman' di Facebook atau mem-follow Twitter Anda. Tapi kemungkinan ada teman yang melaporkannya bisa saja terjadi. Status-status negatif bisa digunakan teman yang mungkin kurang suka pada Anda untuk menghancurkan karir Anda.
Kasus pemecatan Stephani yang telah dibahas di atas, terjadi karena temannya memperlihatkan postingan statusnya ke HRD. Ingat, era digital yang semakin canggih memudahkan orang membobol account Anda.
3. Pikir Dulu Sebelum Upload
Sebelum upload foto-foto di jejaring sosial, tanyakan dulu pada diri sendiri, "Apakah saya yakin ingin foto ini dilihat rekan kerja?"
Sebaiknya jangan memuat foto-foto yang bersifat sangat pribadi. Misalnya, mengumbar kemesraan bersama kekasih atau berpose yang tidak pantas. Hal ini bisa berakibat buruk pada imej Anda di kantor.
4. Update Status Terlalu Sering Saat Jam Kantor
Setiap 15 menit sekali, timeline dan homepage teman-teman Anda hanya dipenuhi status-status Anda yang tidak penting. Selain mengganggu teman, juga citra diri Anda di kantor.
Sebaiknya jangan terlalu cepat mengubah status dari menit ke menit, terutama saat jam kerja. Perilaku ini akan membuat atasan atau rekan kerja menilai kinerja Anda kurang baik, karena yang Anda lakukan hanya update status di jejaring sosial.
Sumber: Wolipop
Tidak ada komentar:
Posting Komentar