Mengenal Sisi Baik SBY Menuju Istana

Image: LTF

Membaca serial buku “Lebih Dekat dengan SBY” terasa seperti membaca tokoh sejarah yang perjalanan hidupnya hanya bisa dilacak lewat rangkaian tulisan dalam buku-buku lawas. Kebetulan buku yang saya pegang adalah buku seri pertama berjudul “Jalan Panjang Menuju Istana”. Buku ini, bersama sembilan seri lainnya, sudah terbit dan sempat beredar dari satu sekolah ke sekolah lain secara gratis.

Buku seri pertama bercerita seputar kisah hidup Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mulai dari riwayat kelahirannya, kisah masa kecilnya, masa sekolah dan kuliah, hingga perjalanan karier militer dan politik yang membawanya menjadi orang nomor satu Republik Indonesia.

Kesan pertama usai membaca bagian pertama buku, saya mendapati sosok Sus (panggilan kecil Presiden SBY) yang sempurna dan menyenangkan. SBY digambarkan sebagai bocah kecil yang cerdas dan pandai bergaul. Postur tubuhnya tinggi berkulit kuning bersih yang, mengutip halaman 8 buku, “Sungguh berbeda dengan anak-anak sebayanya yang kebanyakan berkulit hitam legam terbakar matahari.

Kisah kelahiran SBY di tanggal 9 bulan 9 tahun 1949 juga diceritakan secara runut dengan gaya bahasa prosa yang dilengkapi dengan dialog-dialog para tokoh di dalamnya. Ceritanya memberi kesan tersendiri, mengharukan, khususnya saat Pak Sukotjo, ayah SBY, memutuskan untuk mengirim istrinya pulang ke  rumah orang tuanya di Tremas agar putra tunggalnya bisa lahir dalam suasana yang lebih tenang.

Saat mengenyam pendidikan di bangku sekolah, SBY juga diceritakan sebagai sosok yang ramah dan pemaaf. Dia juga tidak suka kekerasan dan jauh dari tipe pendendam. Suatu hari, seorang teman memukulnya. Tapi dia tidak membalas meskipun tubuhnya lebih tinggi. Dia malah merangkul anak itu, dan keesokan harinya mereka berdua sudah berbincang-bincang akrab.

Di sekolah, Sus giat belajar dan mampu menyerap dengan cepat semua pelajaran meskipun dia harus berpisah dari ayahnya  yang selalu berpindah-pindah tempat dinas. yang diberikan guru, khususnya untuk mata pelajaran berhitung, ilmu bumi dan sejarah.

Buku ini bisa dianggap sebagai rekaman-rekaman sisi baik SBY dalam menjalani hidup. Kesempurnaan sifat dan kepribadian SBY dibuktikan dengan beragam penghargaan yang didapat, antara lain Bintang Adhimakayasa yang hanya diberikan kepada taruna dengan nilai terbaik dan keberhasilannya menjadi orang nomor satu. Sifat-sifat baik SBY tersebut berulang seiring dengan perjalanan hidup SBY berikutnya.

Buku ini juga mengabadikan kisah cinta SBY dan Kristiani Herrawati, putri seorang jenderal yang begitu disegani sang ayah. Meskipun berasal dari kalangan biasa, SBY yang berkepribadian baik, cerdas dan soleh berhasil mempersunting Ani, putri seorang Gubernur Akabri.

Dalam kata pengantarnya, Bahrudin Supardi yang menulis buku ini berharap semua kalangan, terutama para pelajar di bangku sekolah, akan suka membacanya karena disajikan dengan bahasa yang ringan.

“Lebih Dekat dengan SBY” juga mengajak generasi muda mengenal lebih dekat sosok pemimpin bangsa dan memberikan informasi penting kepada masyarakat tentang kepemimpinan seorang presiden.

Sebuah misi yang baik, meski tidak dijelaskan mengapa dimulai dengan serial SBY bukan serial presiden-presiden sebelumnya. 

Sumber: Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar